Indonesia adalah Negara dengan dua pertiga persen
wilayahnya ialah kelautan, sehingga memiliki Sumber Daya Kelautan yang besar.
Kekayaan hasil laut yang dimiliki Indonesia berpotensi mensejahterakan
masyarakat Indonesia, namun kurang dari 30% konstribusi yang bisa dihasilkan
dari sektor tersebut. Masih banyak kiranya potensi laut dan perikanan yang
belum kita manfaatkan secara maksimal. Sudah seharusnya bangsa Indonesia
membuka mata dan menyadari betapa
kaya-nya kelautan dan perikanan kita. ☺☺
Menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia
bukanlah hal yang mudah. Melihat begitu luasnya wilayah laut dan Sumber Daya
Ikan yang berlimpah tentu saja hal tersebut memerlukan pemanfaatan dan
penanganan yang tepat. Laut Indonesia adalah laut yang
didamba-dambakan oleh negara-negara lain namun sangat disayangkan selama ini
Indonesia terlalu larut dengan Sumber Daya Daratan dan mengabaikan besarnya
Sumber Daya Laut Indonesia sementara negara tetangga mengambil benefit dari
kekayaan laut kita.
Salah satu masalah umum mengenai kelautan dan
perikanan yang terjadi di Indonesia adalah penangkapan ikan secara ilegal (illegal unreported unregulated/IUUfishing). Ibu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia menyatakan,
apabila satu perusahaan ikan asing dapat menangkap 3,5 juta ton per tahun di
laut Indonesia dan jika dihargai USD1 perkilogram-nya maka, Indonesia rugi sebesar
USD3,5 miliar untuk satu perusahaan ikan asing, sambungnya dalam acara Forum
BUMN 2016 di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis 3 November 2016. Bagaimana
dengan harga udang dan cumi-cumi yang tidak mungkin dihargai Rp10.000 ?
bagaimana bila tidak hanya satu perusahan ikan asing saja yang menangkap di laut
Indonesia?
Kerugian sebesar itu seharusnya dapat menjadi
pemasukan besar kas negara, tetapi negara kita membuang sia-sia itu semua
selama ini. Lemahnnya armada perikanan nasional dan lemahnya pengawasan dan
penegakan hukum di laut merupakan salah satu penyebab terjadinya illegal fishing.
Kerugian yang disebabkan dari IUU fishing sendiri
antara lain pengurangan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), berkurangnya
peluang kerja nelayan Indonesia karena kapal-kapal asing ilegal adalah
kapal-kapal yang menggunakan ABK asing, subsidi BBM dinikmati oleh kapal-kapal
yang tidak berhak, selain itu karena hasil tangkapan umumnya dibawa langsung
keluar negeri (negara asal kapal), menyebabkan hilangnya sebagian devisa negara
dan berkurangnya peluang nilai tambah dari industri lain. Dalam 10 tahun
terakhir, adanya penurunan rumah tangga nelayan
hampir 50% karena bahan raw material dan sekitar 115 eksportir
makanan laut terpaksa gulung tikar lantaran minimnya stok ikan sehingga mereka
tidak dapat mengekspor.
Kejahatan IUU fishing dapat dikatakan lebih kejam
daripada korupsi dengan melihat kerugian yang begitu besar ditimbulkan
karenanya. Kegiatan dari IUU fishing ini sendiri antara lain adanya penangkapan
ikan tanpa izin, penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap terlarang yang
dapat merusak ekosistem laut, dan penangkapan ikan dengan jenis spesies yang
terlarang. Semua hal tersebut harus diberantas hingga keakarnya dengan membuat
suatu peraturan tertulis, memperkuat pengawasan di laut dan penegakan hukum
yang tegas.
Selain dari itu yang menjadi permasalahannya adalah
ketidaksejahteraan para nelayan. Nelayan tidak memiliki nilai tawar terhadap
hasil ikan yang mereka tangkap karena biaya bahan bakar, kapal, dan logistik
disediakan oleh para pemodal-pemodal besar yang memberikan pendapatan atau upah
nelayan jauh dari harapan sebuah usaha perikanan. Saya dan teman-teman saya Ayu, Immanuel, dan Jessica melihat langsung
kondisi memprihatinkan kehidupan para nelayan ketika kami mengunjugi Dusun
Bagan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Meskipun begitu banyak hasil tangkapan yang mereka peroleh tetapi mereka harus
memberikannya kepada pemodal-pemodal besar dengan harga yang murah, lalu para
pemoda-pemodal besar tersebut-lah yang menjual kembali dengan harga yang
tinggi.
Selain berkuasa pada usaha perikanan para
pemodal-pemodal besar ini-pun sering pula berprilaku tidak jujur dengan tidak
melaporkan hasil tangkapan atau melaporkan data yang tidak sesuai dengan data
aslinya, bahkan banyak dari mereka yang langsung mendatangi petugas-petugas
dengan memberikan imbalan.
Masalah lain adalah Indonesia terlalu berfokus pada
peningkatan ekspor hasil laut yang masih mentah. Apabila hasil laut kita dibeli
oleh negara lain mereka tidak hanya menggunakannya untuk dikonsumsi oleh
masyarakat mereka tetapi mereka juga akan mengolah hasil laut tersebut menjadi
produk makanan yang kemudiannya akan mereka ekspor ke beberapa negara termasuk
Indonesia. Padahal apabila hasil laut tersebut dapat kita olah menjadi produk makanan,
maka kita tidak perlu mengimpor dari negara lain. Penyebab masyarakat Indonesia
tidak mau membeli produk yang berasal dari negaranya adalah karena kualitas
yang ditawarkan tidak sebaik produk dari luar negeri dengan harga yang tidak
jauh berbeda, padahal kedua produk tersebut bahan utamanya berasal dari hasil
laut Indonesia. Yang menyebabkan produk Indonesia masih mahal dan memiliki
kualitas yang tidak sebaik produk luar negeri adalah karena keterbatasan
infrastruktur oleh indsutri perikanan serta teknologi pengemasan dan pengolahan
yang tidak secanggih industri diluar negeri.
Permasalahan yang timbul dari dalam negeri salah
satunya adalah mengenai rendahnya kesadaran masyarakat terhadap tingginya
potensi kelautan dan perikanan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi
ikan yang belum menempati posisi teratas masyarakat Indonesia. Masyarakat
Indonesia kurang mengenali gizi yang tinggi dari ikan. Didalam ikan salah
satunya terdapat asam lemak Omega-3 yang dapat menambah kesehatan tubuh dan kecerdasan otak.
Terbukti dari kecerdasan orang jepang yang berada di atas rata-rata tingkat
kecerdasan orang Asia lainnya dan juga orang jepang dikenal tetap sehat dan
mempunyai gairah hidup yang tinggi hingga usia 80 tahun keatas. Konsumsi ikan
orang Indonesia masih rendah yaitu 29,04 Kg/Kapita setiap tahunnya, sedangkan
orang jepang memilki tingkat konsumsi rata-rata 60 Kg/Kapita/Tahun. Jumlah
tersebut masih dibawah Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 30 Kg/Kapita setiap
tahunnya. Tentu saja hal tersebut tidak sebanding dengan hasil Sumber Daya Laut
Indonesia yang melimpah.
Lain halnya dengan masalah sektor industri
pengolahan ikan. Masih banyak kita jumpai pabrik-pabrik yang mengesampingkan
AMDAL. Banyak pelaku usaha yang tidak memasang instalasi pengolahan limbah
(IPAL) yang standar sehingga limbah industri yang dibuang di laut mencemari
laut dan berimbas pada rusaknya ekosistem perairan. Banyak perusahaan yang
sudah mendapat catatan hitam tapi masih dapat beroperasi seperti biasa.
Dalam budidaya perikanan kita masih jauh
dibandingkan dengan negara lain. Sebagai contoh negara Taiwan yang sudah lebih
maju dalam hal budidaya ikan nilanya. Indonesia sekiranya harus cepat menangani
masalah budidaya perikanan dan kelautannya sehingga kualitas dari hasil yang
ditawarkan tidak kalah saing dipasar internasional.
Meskipun kebijakan penangkapan ikan secara ilegal yang
dikeluarkan ibu Susi selaku Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia sekarang
telah membuahkan hasil yang besar, bagaimanapun juga program ini tidak boleh
terhenti dan akan terus saya lanjutkan menjadi misi utama saya apabilla kelak
saya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di Indonesia. Saya ingin memperkuat
armada perikanan nasional dan pengawasan
serta penegakan hukum dilaut salah satunya yaitu dengan cara mengeluarkan
peraturan tertulis mengenai penangkapan ikan secara illegal (IUU fishing).
Tidak hanya itu, saya juga akan lanjutkan visi dan misi yang memang tepat dari
menteri-menteri sebelumnya apabila kelak dimasa yang mendatang saya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan
Indonesia.
Selain itu menyelamatkan dan memperhatikan
kesejahteraan para nelayan yang hidup dibawah garis kemiskinan merupakan salah
satu misi utama saya dengan cara meninjau ulang subsidi BBM untuk nelayan,
memperkuat permodalan nelayan dan para pelaku usaha kecil dibidang kelautan dan
perikanan, dan juga menghidupkan kembali Koperasi Perikanan (INKA MINA).
Apabila dalam permodalan sudah terciptanya suasana yang aman saya dapat
lanjutkan dengan memberikan bantuan-bantuan pemerintah dalam bentuk alat
tangkap, kapal, sarana budidaya ikan, dan memberikan pelatihan serta
pendampingan masyarakat dalam bidang usaha perikanan yang harus lebih tepat
sasaran bukan hanya sekedar menghabiskan dana tetapi tidak membuahkan hasil
yang tepat.
Mengenai pihak-pihak yang berlaku curang dalam
melaporkan hasil tangkpannya, hal tersebut akan saya pertegas dan tuntaskan pihak-pihak
yang melanggar aturan dengan mengawasi secara ketat agar hukuman berjalan
sesuai dengan peraturan yang tertera tanpa ada keringanan yang diberikan karena
tawaran pundi-pundi uang mereka.
Permasalahan industri pengolahan ikan, industri
pengalengan, industri perikanan akan saya perbaiki dan kembangkan mengenai
teknologi-nya agar menjadi lebih modern dan saya perbaiki infrastrukturnya agar
industri perikanan, industri pengolahan ikan, dan industi pengalengan dapat
berkembang secara pesat dan dapat memproduksi produk dari ikan dengan kualitas
yang sama bagusnya dengan produk dari luar negeri, sehingga masyarakat dapat
membeli produk dalam negeri dengan harga yang lebih murah tetapi memilki
kualitas tinggi yang sama dengan produk luar negeri dan juga produk tersebut
dapat dipasarkan ke luar negeri dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan harga hasil laut yang masih mentah. Tidak hanya itu dengan adanya
pengembangan industri pengolahan ikan, industri perikanan dan industri
pengalengan maka tenaga kerja yang akan diserap semakin banyak sehingga dapat
mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
Mengenai permasalahan tingkat konsumsi ikan yang
rendah pada warga Indonesia, saya akan adakan program untuk mensosialisasikan
mengenai pentingnya mengkonsumsi ikan dengan mengadakan kerjasama dengan
pihak-pihak yang ahli dan mengerti dibidang tersebut seperti ahli gizi dan
nantinya dapat disosialisasikan melalui televisi, media sosial, media cetak,
dan pengadaan kegiatan sosialiasi disetiap kelurahan, salah satu tujuannya
adalah untuk merubah pola budaya khususnya masyarakat di Pulau Jawa agar mau
mengkonsumsi ikan.
Data menunjukan bahwa konsumsi ikan terendah berada
di Pulau Jawa dengan tingkat konsumsi ikan berada dibawah rata-rata tingkat
konsumsi nasional khususnya Provinsi DI Yogyakarta sebagai wilayah konsumsi
ikan terendah di Indonesia. Program tersebut akan saya upgrade sebaik mungkin agar dapat terus-menerus meningkatkan
tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia sehingga masyarakat Indonesia dapat
menikmati hasil lautnya sendiri dengan puas dan terciptanya bangsa yang cerdas
dan sehat sehingga kedepannya dapat memajukan segala bidang yang ada untuk
Indonesia yang lebih maju. Tidak hanya itu, tujuan utama lainnya dari program
ini adalah apabila tingkat konsumsi ikan di Indonesia meningkat, maka akan meningkatkan
kesejahteraan nelayan, dan juga industri pengolahan ikan di Indonesia akan
semakin berkembang dan maju dengan tingginya nilai beli produk ikan dari
masyarakat.
Masalah pencemaran ekosistem laut oleh pihak
industri sekiranya perlu saya perhatikan pula. Hal ini akan saya tangani dengan
mempertegas proses jalur hukum bagi yang melanggar dan memperkuat peraturan
yang tertulis agar tidak adanya lagi pencemaran ekosistem laut di Indonesia.
Karena pencemaran ekosistem laut di Indonesia akan berdampak pada kehidupan
makhluk laut yang dapat pula berdampak pada kualitas dari ikan yang ditangkap,
karena zat-zat kimia dari limbah pabrik tersebut dapat mengendap didalam tubuh
ikan dan akan membahayakan tubuh konsumen yang mengkonsumsinya.
Mengenai inovasi dan teknologi untuk meningkatkan
Budidaya Perikanan di Indonesia, saya ingin membuat inovasi teknologi
akuakultur dengan cara perberdayaan para peneliti budidaya perikanan, dimana
apabila telah ada hasil yang sudah diuji mengenai perbaikan inovasi teknologi
budidaya perikanan di Indonesia maka teknologi tersebut akan ditawarkan kepada
para pelaku usaha di sektor budidaya perikanan agar dapat mereka gunakan, tujuannya
adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi, dan juga perbaikan kualitas
produk. Dengan adanya peningkatan budidaya perikanan maka kita memiliki daya saing
di pasar internasional.
Indonesia punya segalanya, apalagi dibidang kelautan
dan perikanan Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan dengan negara lain,
hanya saja butuh penanganan tepat bersama masyarakat dan pemimpin serta
pemimpin yang cerdas dalam mengaturnya. Saya ingin program tersebut dapat
terlaksana apabila saya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di masa depan.
Tidak hanya pemimpin kita sebagai bangsa yang
mencintai negara-nya perlu berperan serta dalam menjaga dan mengelola kelautan
dan perikanan Indonesia. Apabila masalah-masalah diatas dapat kita ditangani maka
kita bisa menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia mampu memiliki nilai tawar,
memilki kedudukan dan kedaulatan ekonomi dibidang kelautan dan perikanan yang
kuat khususnya bagi negara yang merendahkan martabat dan ekonomi bangsa
Indonesia dengan cara menggerogoti kekayaan kelautan dan perikanan kita. Mari
bersama-sama kita ciptakan perikanan dan kelautan Indonesia yang semakin
mendunia. 🙆